Semarang, 15 Juli 2025 – Program Magister Manajemen kembali menghadirkan kuliah umum internasional bertema “Research Philosophy and Design in Management Studies”, yang menghadirkan akademisi kelas dunia, Dr. Uma Jogulu, seorang peneliti senior dalam bidang equity, diversity, dan inclusion di dunia kerja. Acara ini dibuka secara resmi oleh Mirwan Surya Perdhana, S.E., M.M., Ph.D., dan dimoderatori oleh I Made Sukresna, S.E., M.Si., Ph.D.
Dalam sambutannya, Mirwan Surya Perdhana menyampaikan pentingnya membekali mahasiswa pascasarjana dengan pemahaman mendalam mengenai filosofi riset sebelum terjun ke proses penelitian. “Filsafat riset adalah pondasi berpikir ilmiah yang akan memengaruhi seluruh tahapan penelitian – mulai dari perumusan masalah hingga penyusunan kesimpulan,” ujarnya.
Uma Jogulu: Riset Harus Dimulai dari Pertanyaan Bermakna
Dr. Uma Jogulu mengajak para peserta untuk mengeksplorasi hakikat dari pertanyaan riset. Ia menekankan bahwa seorang peneliti perlu memahami terlebih dahulu ontology (hakikat realitas) dan epistemology (cara memperoleh pengetahuan), sebelum memilih pendekatan riset – apakah kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran.
“Mengapa kamu ingin meneliti topik itu? Apa kontribusi teoritis dan praktisnya? Inilah pertanyaan-pertanyaan yang harus ditanyakan peneliti kepada dirinya sendiri sejak awal,” ujar Dr. Uma dalam sesi presentasinya.
Jogulu juga membagikan beberapa penelitian terbarunya di tahun 2024, yang telah dipublikasikan di jurnal-jurnal terkemuka seperti Personnel Review, Australian Journal of Public Administration, hingga Career Development International. Beberapa di antaranya membahas isu-isu kontemporer seperti forced flexibility dalam lingkungan kerja hibrida, ketimpangan gender dalam karier akademik, serta inklusi sosial dalam konteks perawatan informal di Australia.
Paradigma Positivis vs Interpretif: Mana yang Sesuai?
Salah satu bagian menarik dari sesi ini adalah pembahasan mengenai dua paradigma utama dalam riset: positivisme yang objektif dan berbasis pengujian teori, serta interpretivisme yang fokus pada pengalaman subjektif dan konteks sosial. Menurut Uma, paradigma ini harus disesuaikan dengan jenis pertanyaan riset dan tujuan penelitian.
“Riset yang bertujuan menjelaskan hubungan antar variabel lebih cocok dengan pendekatan kuantitatif dan positivistik. Sementara riset yang ingin memahami makna dan pengalaman hidup akan lebih kuat jika memakai pendekatan kualitatif dan interpretif,” jelasnya.
Langkah-Langkah Praktis dalam Menyusun Proposal Penelitian
Dalam sesi penutup, peserta diberikan panduan praktis mulai dari menyusun pertanyaan riset, merancang metodologi, memahami pentingnya etika penelitian, hingga proses pengumpulan dan analisis data. Dr. Uma juga memberikan tips menghadapi proses ethical clearance, pentingnya validitas alat ukur, serta tantangan-tantangan umum dalam penelitian lapangan.
Acara yang berlangsung secara hybrid ini disambut antusias oleh para mahasiswa dan dosen. Moderator Dr. I Made Sukresna memandu diskusi dengan sangat interaktif, mendorong peserta untuk bertanya mengenai dilema-dilema metodologis yang mereka hadapi di lapangan.
Dengan berlangsungnya kuliah umum ini, diharapkan para peneliti muda di lingkungan Magister Manajemen semakin siap dalam merancang riset yang kuat secara filosofis, relevan secara praktis, dan kontributif secara akademik.